Rabu, 27 November 2013

Berbagai Macam Perangkap Hewan Liar Khas Karo

Masyarakat Karo pada umumnya sangat terampil dalam memanfaatkan berbagai hasil alam dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti menangkap ikan disungai, menangkap burung, dan menangkap hewan-hewan liar lainnya dengan berbagai cara dan peralatan. Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, pada umumnya menangkap hewan-hewan liar tersebut juga dimaksudkan untuk mencegah agar hewan-hewan tersebut tidak menggangu lahan pertanian mereka di ladang atau sawah.

Berikut ini adalah berbagai macam jenis perangkap hewan liar khas Karo, baik untuk hewan yang hidup di air, di darat dan juga di udara, dimana kesemua peralatan yang digunakan ini pada umumnya sudah diterapkan oleh masyarakat Karo semenjak jaman nenek moyang:

1. Bubu
Bubu adalah alat penangkap atau jeratan untuk ikan. Alat ini terbuat dari ayaman bambu yang diikat dengan rotan, dan memiliki bentuk seperti kerucut. Pada umumnya alat jeratan ini digunakan untuk menangkap ikan di sungai. Adapun cara memasangnya cukup sederhana, yaitu meletakkan bubu di dasar sungai, dan ketika ikan masuk ke dalamnya, maka tidak akan bisa keluar (sudah terjerat). Bubu biasanya dipasang pada sore hari, serta hasilnya akan dipungut pada pagi harinya.

2. Siding Belnung
Siding atau jeratan belnung digunakan untuk menangkap babi hutan dan juga hewan lainnya. Adapun prinsip kerja jeratan ini adalah mengaitkan antara tali waja dengan dahan atau ranting-ranting pohon. Ketika ada hewan yang terjerat, maka biasanya dahan pohon akan tersangkut pada semak-semak dan pohon-pohon kecil lainnya, sehingga hewan yang sudah terjarat tersebut tidak bisa lagi berjalan jauh.

3. Siding Baur
Siding Baur juga adalah jeratan yang digunakan untuk menangkap babi hutan dan hewan-hewan lainnya. Prinsip kerja jeratan ini sedikit berbeda dengan jeratan siding belnung, dimana ketika siding baur telah mengenai hewan sasaran, maka hewan tersebut akan segera terangkat dan tergantung.

4. Tuktak
Tuktak adalah jeratan yang terbuat dari bambu dan berguna untuk menjerat tikus.

5. Terter
Terter adalah alat untuk menangkap ikan sejenis pancing yang terbuat dari bambu, serta memiliki benang dan mata pancing. Bedanya dengan pancing adalah alat ini dipasang pada sore hari, dan hasilnya akan dilihat pada keesokan paginya.

6. Curu-curu
Curu-curu adalah perangkap burung yang terbuat dari bambu yang mirip dengan bubu. Alat ini umumnya dipasang pada lobang sarang burung. Sebelum dipasang, terlebih dahulu pada sarang burung tersebut sudah dibuatkan lobang lain. Pada sore hari ketika burung hendak tidur di sarangnya, dia akan mencari lobang, sehingga dia menemukan lobang yang sudah dibuatkan sebelumnya. Ketika keesokan harinya ingin keluar, burung akan terbang melalui lobang yang sudah terpasang dengan curu-curu, sehingga akan terkena jeratan dan tidak akan bisa keluar lagi.

7. Sambo-sambo
Sambo-sambo adalah perangkap burung yang juga sering disebut sebagai bom burung. Meski disebut sebagai bom, tetapi alat ini tidak terbuat dari bahan peledak seperti halnya bom secara umum. Adapun peralatan untuk membuat sambo-sambo adalah menggunakan bambu yang dibelah dan per atau pegas. Umumnya burung yang masuk dalam perangkap akan mengalami patah kaki atau leher, sehingga pada akhirnya sudah sangat gampang untuk ditangkap.

8. Becik
Becik adalah gabungan sistem lembing dan panah. Adapun kegunaan alat ini adalah menjaga agar ladang tidak dimasuki oleh babi hutan. Alat ini biasanya dipasang pada semak-semak di tepi ladang yang sudah biasa dilalui oleh babi hutan. Ketika babi hutan memijak jeratan, maka mata lembing atau panah langsung lepas dari pegas, sehingga akan mengenai bagian tubuh babi hutan tersebut.

9. Mulut
Mulut adalah kegiatan menangkap burung dengan pulut atau lem yang terbuat dari getah nangka. Pulut biasanya dipasang ditempat-tempat yang biasa dilalui oleh burung dan kadang-kadang juga dipasang didekat sarang burung yang sebelumnya sudah diketahui.

10. Banto
Banto adalah alat untuk menangkap kelelawar. Alat ini terbuat dari jaring yang dibuatkan dua tangkai dari bambu. Alat penangkap kelelawar ini pada umumnya digunakan pada malam hari, khususnya di lokasi-lokasi yang umumnya banyak dilewati oleh kelelawar.

11. Siding Cekuh-cekuh
Siding cekuh-cekuh adalah perangkap yang digunakan untuk menjerat kera. Bahan-bahan yang digunakan adalah tali dan bambu. Ketika kera memasukkan tanganya kedalam bambu, maka tangatnya akan terikat oleh jeratan tali yang sudah terpasang didalamnya.

12. Jeratan Lobang
Jeratan lobang ini umumnya digunakan untuk menangkap babi hutan. Cara membuat jeratan ini adalah dengan menggali tanah dengan kedalaman sekitar 1,5-2 meter dengan bentuk persegi dengan ukuran 2x2 meter. Setelah lobang selesai dibuat, maka kemudian bagian atasnya ditutupi dengan dedaunan yang biasa dimakan oleh babi hutan. Ketika ada babi hutan yang ingin memakan dedaunan tersebut, maka akan terjatuh ke dalam lobang yang sudah dibuatkan.

13. Ngaci
Ngaci adalah jeratan untuk menangkap burung dengan media sangkar burung, dimana di dalam sangkar tersebut juga terdapat burung yang sudah terlatih. Ketika burung liar melihat ada burung di dalam sangkar, maka burung tersebut akan berupaya untuk mendekat. Ketika burung liar tersebut mendekat dan menyentuh jeratan yang sudah dipersiapkan, maka burung akan terperangkap.

Kemungkinan masih banyak nama perangkap hewan liar yang digunakan oleh masyarakat Karo lainnya yang belum terdata melalui tulisan ini. Untuk melengkapinya, maka tulisan ini akan diupayakan diperbaharui secara berkala. Adapun tulisan ini sendiri dibuat berdasarkan kontribusi dari beberapa anggota Group Facebook Jamburta Merga Silima

1 komentar: