Senin, 25 November 2013

Turi-turin: Cupak

Tumba, Gantang, dan Cupak adalah 3 orang bersaudara yang telah lama ditinggal mati oleh kedua orang tuanya, kehidupan yang teramat miskin membuat mereka harus memutuskan tinggal di ladang, dan disanalah mereka bertani sekaligus mendirikan rumah (sapo).

Suatu malam yang indah, ketika suara-suara hewan malam di pepohonan hutan rimba tak jauh dari perladangan mereka bersorak sorai menyambut kedatangan bulan yang terang, serta riak air sungai menambah semakin terasa suasana yang nyaman dan tentram bagi manusia-manusia yang memang dapat menyatukan jiwanya dengan alam.

Tumba, Gantang, dan Cupak sudah selesai makan malam di sapo mereka, sambil menunggu mata mengantuk, mereka menghabiskan waktu dengan meminum air nira sambilan bercerita. Mereka membahas cerita bagitu menarik untuk malam ini, sebab cerita yang dibahas adalah cerita tentang tujuan hidup atau cita-cita hidup antara mereka bertiga.

Giliran Tumba sebagai abang yang tertua yang ditanya apa kira-kira cita-cita hidupnya, oleh kedua adiknya Sigantang, dengan Sicupak.

“Kalau abang apa cita-citanya?” kata Gantang serempak bertanya dengan Cupak kepada si Tumba. “Makan yang kenyang dengan lauk cabe tumbuk dengan ramuan kemiri atau kacang, dan setelah selesai makan, meminum air nira sepuasnya” Ujar Tumba dengan bangganya kepada adiknya.

Ketiga giliran Gantang juga mengutarakan cita-citanya juga tidak jauh berbeda dengan cita-cita yang diutarakan oleh Tumba sebelumnya. “Makan yang kenyang dengan lauk cabe tumbuk dengan ramuan kemiri atau kacang, dan setelah selesai makan, meminum air nira sepuasnya, kalau bisa sambil memanggang ikan sungai dikala malam hari” Ujar Gantang tak kalah bangganya dengan Tumba.

Namun ketika giliran si Cupak untuk mengutarakan cita-citanya, sungguh sangat jauh berbeda dengan apa yang dicita-citakan oleh kedua abangnya. “Aku bercita-cita, dimana suatu hari kelak aku mengkehendaki pergi kebarat, maka pada waktu itu juga aku bisa sampai disana, dan begitu aku berkehendak pergi ketimur, maka pada saat itu juga sampai di timur” ujar Cupak dengan agak malu terhadap kedua abangnya.

“wah cita-cita mu terlalu tinggi, ntar kamu akan cepat tua, bila kamu terus bercita-cita yang bukan-bukan” Ujar Tumba dan Gantang serempak kepada adiknya.

Karena malam semakin larut, percakapan mengenai cita-citapun mereka akhiri, namun ketika Cupak sudah terlelap tidur, Tumba dan Gantang masih belum dapat memejamkan mata. Ternyata mereka masih terus memikirkan tentang cita-cita Cupak yang begitu tinggi. “ Wah gawat kalau adik kita mempunyai cita-cita yang terlalu tinggi seperti itu, jangan-jangan kita nantinya bisa dibunuh oleh dia, dan menjual tanah warisan tanah orang tua kita yang tersisa ini, untuk meraih cita-citanya”. Kata Tumba, sambil Gantang Juga Mengiakan.
“Besok kita coba tanya kembali cita-cita si Cupak, kalau memang besok juga dia tetap bercita-cita seperti yang dia bilangkan tadi, berarti kita harus bertindak sebelum segala sesuatunya terlambat” Kata Gantang dan disepakati juga oleh Tumba.

****
Pada malam ke-esokan harinya, ketika juga sudah selesai makan malam, sambil menunggu mata mengantuk mereka kembali membicarakan hal tentang cita-cita. Seperti cita-cita yang sudah diutarakan oleh ketiganya pada malam sebelumnya, maka pada malam ini juga tidak ada perubahan cita-cita, baik oleh Tumba, Gantang, maupun Cupak.

Ketika pembicaraan selesai karena malam semakin larut, cupak kembali terlebih dahulu terlelap tidur sama seperti hari-hari sebelumya. Namun Tumba dan Gantang semakin tidak bisa memejamkan mata, karena Cupak masih tetap dengan pendirian cita-citanya yang begitu tinggi.

“Gini Gantang, kita harus bertindak cepat sebelum nantinya kita dicelakakan oleh Cupak, sebab cita-citanya sudah terlalu tinggi, dan kita bakal akan dibahayakan olehnya” Kata Tumba Kepada adiknya gantang.

“Kalau gitu tindakan apa yang harus kita perbuat?” ujar Gantang kepada Tumba. “Besok kita bawa saja anak ini ke sungai, dan ketika kita mandi di sungai, kita hanyutkan aja si Cupak biar mati” kata Tumba kepada Gantang.

Mereka berduapun sepakat untuk keseokan harinya akan membunuh si cupak, dengan cara menghanyutkanya di sungai.

*****
Ketika siang hari, dimana setiap siangnya mereka bertiga selalu pergi ke suangi untuk menghilangkan gerah dari sengatan matahari, dan begitu juga dengan siang ini, mereka pergi menuju sungai dengan perlengkapan-perlengkapan seperti tambe (tempat air yang terbuat dari bambu) juga beberapa potong kain agar nantinya di cuci di sungai.

Saat yang direncanakan pun tiba, ketika Cupak lagi asik-asiknya berenang disungai, dan pada kesempatan itu juga, dia diahanyutkan oleh kedua abangnya. Cupak histreris minta tolong, namun tidak dihiraukan oleh kedua abangnya, karena hal ini memang sudah direncanakan sebelumya oleh kedua abangnya ini.

Cupak hanya bisa pasrah dengan keadaan, dan semakin lama, semakin jauh terseret oleh derasnya arus sungai, menuju ke muara.

****
Ayam hutan berkokok pada sebuah pohon besar bertanda pagi telah tiba, dan tepat pada akar pohon yang besar itu, tersangkut sesosok tubuh manusia, dengan rasa sakit dan perih sesosok manusia itu mencoba bangkit menuju daratan.

Ada suatu kejanggalan dengan kejadian tersebut, dimana biasanya ayam hutan yang bersifat liar, dan takut melihat keberadaan manusia, namun pada saat itu secara perlahan-lahan menghapiri sesosok tubuh yang masih lemah tersebut.

Ayam hutan mematuk-matuk kepalanya dengan perlahan, membuat sesosok manusia tadi kaget, dan berdiri dengan perlahan lahan. Ayam hutan kembali mematok kakinya dan bagian tubuh yang lainya.

Karena sesosok manusia yang tak lain adalah Cupak ini merasa sangat janggal dan aneh dengan kejadian ini, maka dia mencoba menghimpun tenaga yang tersisa untuk, segera pergi meninggal tempat tersebut. Namun ketika dia semakin cepat berjalan, semakin cepat pula ayam hutan mengikutinya, sehingga meskipun Cupak teramat lemah namun berusaha berlari karena sangat ketakutan.

Karena terus berusaha lari dari kejaran ayam hutan, Cupak pun akhirnya tiba disebuah perladangan yang banyak di tanami tanaman jagung, namun ketika sampai diperladangan pun ayam hutan masih terus mengikutinya.

Cupak pun pingsan untuk kedua kalinya diperladangan tersebut, namun ayam hutan masih terus menunggui cupak tanpa beranjang dari tempanya menengger.

Seorang wanita paruh baya pemilik ladang jagungpun tiba dari kampung, ketika hendak ingin membersihkan lahan jagungnya tersebut. Namun dia sangat terkejut, karena dia melihat sesosok tubuh anak laki-laki tergeletak sangat lemah di tepi Sapo di perladangan jagungnya.

Dia berusaha untuk membangunkan Cupak, usahanya kelihatan berhasil dan cupak pun terbangun dari pingsannya. “kamu kenapa nak” Tegur wanita paruh baya terhadap cupak dengan perasaan yang iba melihat kondisi cupak yang begitu sangat lemas.

Cupak pun bercerita dari awal sampai akhir, sehingga dia bisa sampai diperladangan wanita separuh baya tersebut. Karena wanita ini semakin kasihan melihat cupak dan juga tentang yang cupak alami, maka wanita tersebut pun menawarkan persediaan makanan yang dia bawa dari kampung.

Akhirnya Wanita janda tanpa anak yang bernama Ruganda inipun menawarkan kepada cupak, agar cupak bersedia menjadi anak angkatnya, sebab selain tidak punya suami maupun anak Ruganda juga mempunyai banyak ternak seperti lembu dan kerbau untuk digembalakan, dan dia juga menawarkan hal tersebut kepada cupak supaya cupak dapat menjadi anak sekaligus pengembala ternak-ternaknya.

Ayam yang dari tadinya mengikuti cupak juga belum pergi, karena ayam itu tidak mau pergi, maka cupak pun memutuskan untuk membawa ayam itu pulang ke kampung.

*****

Cupak telah beralih profesi menjadi pengembala lembu dan kerbau, dan dia juga selalu mengikut sertakan ayam hutan yang sangat dia sayangi, yang dia dapatkan ketika ayam tersebut terus mengikutinya beberapa bulan yang lalu.

Karena di mbal-mbal ( padang rumput ) sangat rame sekali orang pada hari itu, cupak pun mendekat menghampiri kerumunan orang-orang tersebut.

Ternyata orang-orang yang berkumpul, adalah orang-orang yang sedang berjudi sabung ayam, perjudian sabung ayam yang cupak saksikan inipun tidak tanggung-tanggung ramainya, selain dari pada orangnya rame, taruhannya juga sangat banyak, bahkan ada yang berani taruhan ber puluh ekor lembu maupun kerbau.

Ayam Kedep yang sedari tadi terus menerus memenangkan pertandingan sabung ayam tersebut, sudah berpuluh-puluh lembu dan kerbau menang, karena tidak pernah kalah, maka semua orang juga sudah enggan mempertarungkan ayam mereka dengan ayam Sikedep.

Karena kebetulan si cupak juga membawa ayam, maka Sikedep juga menantang Cupak agar mau menyabung ayamnya dengan ayam Kedep. “ saya tidak mau berjudi, karena selain ayam saya kecil, juga saya tidak punya uang untuk taruhan” ujar cupak kepada kedep.

“Wah kalau ayam kamu bisa menang dengan ayam saya, maka saya akan memberikan semuanya lembu dan kerbau yang sudah saya menangkan sebelumya” Ujar Kedep kepada cupak dengan sombongnya. “Namun jika ayam kamu yang kecil itu kalah, maka cukuphanya dengan memberikan bangkainya kepada saya, tanpa kamu harus bayar apa-apa sama saya” ujar kedep menambahkan.

Karena didesak terus oleh kedep dan juga orang-orang yang lainnya, cupak pun mengiakan pertandingan sambung ayamnya dengan ayam sikedep.

Namun keanehan juga terjadi pada saat itu, karena dalam waktu yang tidak begitu terlalu lama, ayam kedep berhasil mati dipatuk oleh ayam cupak. Cupak pun memenangkan pertandingan tersebut, dan membuahkan hasil seluruh ternak yang sudah dimenangkan kedep sebelumya kini berpindah tangan terhadapnya.

****
Hari semakin hari, bulan pun berlalu, cupak selalu memenangkan pertandingan sambung ayam, dan tentunya hal ini membuat cupak semakin kaya raya, dan diapun memutuskan untuk pindah ke kota bersama ibu angkatnya.

Kuda-kuda pun dibeli cupak sebagai pengangkutan sehari-hari di kota, dan penghasilan cupak juga bertambah banyak dengan usaha pengangkutan kuda di kota.

Karena berketepan dengan hari tiga (pekan) Tumba dan Gantang abang cupak juga turut serta pergi kesana untuk membawa hasil ladang mereka, seperti kemiri, daun kates, daun ubi, dan sayur sayuran lainnya.

Sesampainya di kota mereka berduapun memasarkan hasil pertanian mereka, tanpa disengaja cupak juga kebetulan melintas didepan kedua abangnya yang sedang berjualan, namun Tumba dan Gantang tidak mengenal lagi sesosok cupak, namun cupak masih mengenali keduanya.

“berapa harganya kalian jual barang dagangan kalian” kata cupak kepada Tumba dan Gantang. “Oh tidak mahal tuan, cukup dengan 5 stali saja, maka semua barang-barang kami boleh tuan ambil” kata Tumba dan Gantang kepada cupak.

“kalau begitu saya ambil semuanya” ujar cupak sambil memberikan uang 10 stali kepada tumba dan gantang.

“Namun ada syaratnya, minggu depan kalian harus membawa barang-barang kalian lebih banyak lagi dari pada barang-barang kalian hari ini” kata cupak, dan tumba dan gantang juga menyepakati permintaan cupak.

*****
Minggu berikutnyapun tiba, tumba dan gantang juga sudah sampai di kota, dan cupak juga sudah menunggu mereka ditempat sebelumnya. “Hari ini kalian tidak usah pulang dulu ke kampung, karena saya mempunyai rencana untuk membawa kalian berdua makan malam dan menginap di rumah saya” kata cupak kepada mereka. “wah tidak usah repot-repot tuan, sebab kami tidak pantas berada di rumah tuan” ujar tumba dan gantang sambil malu-malu.

“Wah nggap apa-apa, saya memang sudah merencanakan demikian” kata cupak lagi. Akhirnya tumba dan gantang sepakat untuk tidak pulang hari ini, namun memutuskan untuk menginap dirumah Cupak.

****  

Makan malam pun telah selesai, mereka pun akhirnya bercerita setelah itu, namun pada kenyataanya Tumba dan Gantang belum mengenai si Cupak.

Setelah cerita-cerita telah dimulai, cupak pun berkata kepada kedua abangnya, bahwa dialah cupak yang telah selamat dari ulah kedua abangnya yang telah menghanyutkanya beberapa tahun yang lalu.

Tumba dan Gantang sangat terkejut akan hal tersebut, namun cupak berkata “jangan takut karena saya tidak akan menuntut kalian berdua, sebab tanpa perbuatan kalian, nasib saya mungkin tidak akan pernah berubah seperti saat sekarangi ini” Ujar Cupak.

Merekapun saling maaf bermaafan pada saat itu, dan cupakpun akhirnya menyuruh kedua abangnya agar tinggal di kota, dan membuka usaha baru sebagai penyedia jasa transportasi kuda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar