Minggu, 01 Desember 2013

Memperkuat Solidaritas Masyarakat Karo Melalui Media Sosial

Oleh: Brandy Karo Sekali

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam beberapa dekade terakhir keberadaan dan kedudukan masyarakat Karo di Sumatera Utara bagian Timur sebagai daerah leluhurnya semakin terdesak, bahkan secara politik Karo telah menjadi tamu di rumah sendiri. Adapun ketidakberpihakan keadaan ini telah terjadi terhadap masyarakat Karo semenjak era kolonial, terus ke era Orba, bahkan masih terjadi dimasa reformasi. Tercatat pada era tersebut, beberapa wilayah Karo telah dipecah-pecah dan diserahkan kepada kekuasaan orang lain, sehingga dalam hal ini kekuatan Karo secara utuh telah tercerai-berai dan mudah untuk dikuasai pihak luar.

Sifat dan karakter masyarakat Karo yang secara umum dianggap introvert, yaitu sifat yang sangat memberikan perhatian penuh bila orang lain sedang berbicara, bahkan tidak suka melakukan intrupsi, dan juga merasa tidak nyaman atau akan terganggu ketika diintrupsi oleh orang lain membuat orang Karo yang turut dalam suatu dialog terbuka umumnya hanya akan diam saja dan mendengarkan. Bahkan tidak jarang pada lingkungan dominasi kaum extrovert, orang Karo sering dianggap anti sosial yang hanya akan menyimpan pendapatnya dalam hati.

Terpecah belahnya wilayah-wilayah Karo selama ini yang berdampak kepada tercerai-berainya kekuatan Karo secara politik di tanah leluhurnya sendiri dianggap merupakan dampak dari sifat dan karakter masyarakat Karo yang introvert. Sukarnya orang Karo dalam menyampaikan aspirasinya melalui forum terbuka membuat keberadaanya dengan mudah akan didominasi kaum extrovert. 

Seiring perubahan dunia, dimana perkembangan teknologi informasi yang semakin tumbuh dengan pesat, maka mitos kenegatifan sifat dan karakter seorang introvert dianggap tidak berlaku lagi. Bahkan beberapa penulis seperti Susan Cain menyebutkan bahwa sehubungan dengan perubahan dunia saat sekarang ini membuat ada kemungkinan besar, dimana dominan kaum extrovert akan bergeser kepada dominan kaum introvert.

Media internet, khususnya media sosial yang berkembang didalamnya saat ini dianggap sebagai hadiah terbesar bagi kaum introversi. Internet adalah wadah besar berisi segala-galanya yang diperlukan kaum introvert terutama dalam pemanfaatan media sosialnya. Bila dalam suasana offline kerap merasa sulit untuk menyampaikan aspirasi dan pendapat karena introversinya sering menjadi penghalang, namun dalam suasana online hal tersebut tidak berlaku lagi, sehingga dalam hubungan dan sosialisasi akan berjalan dengan baik.  

Adapun keberadaan internet bagi kaum extroversi merupakan bukan sesuatu hal yang baru, tetapi hal ini kerap dianggap oleh mereka hanya sebagai perluasan atau tambahan yang kecil dalam perluasan sosialisasi offline yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Mengapa internet hanya sebagai tambahan kecil bagi mereka? Alasannya adalah karena sosialisasi offline-lah yang utama dan menentukan dalam perjuangan survival kaum extrovert. Sosialisasi online butuh pemikiran, sedikit atau mendalam, dan ini menjadi bagian yang tidak menyenangkan bagi mereka. Dengan demikian, maka internet bukanlah sebuah revolusi bagi kaum extroversi.

Berbeda halnya dengan kaum introvert, sebaliknya keberadaan internet dan media sosial merupakan satu revolusi besar dalam perjalanan hidup dan dalam perjuangan survival mereka. Upaya interaksi sosial yang tidak pernah mungkin dapat mereka lakukan dalam situasi offline atau langsung berhadapan, secara perorangan atau di hadapan publik, namun kenyataanya dengan mudah dapat mereka lakukan dalam suasana online.

Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan internet juga merupakan anugerah luar biasa yang tidak ada bandingannya untuk rakyat Karo yang dianggap memiliki karakter atau sifat introvert. Internet merupakan laboratorium bagi mayoritas Karo. Sebagai dampakanya saat sekarang ini kita dapat melihat bagaimana masyarakat Karo mampu berbicara ke seluruh dunia, menyatakan diri bahwa Karo masih ada dan eksis sepertihalnya pada masa kejayaanya 100 tahun yang lalu, dan mungkin bahkan kembali kepada masa keemasan di era kerajaan Aru.

Kebangkitan masyarakat Karo yang semakin eksis di era teknologi informasi yang semakin berkembang dewasa ini bukanlah sesuatu hal isapan jempol belaka. Keberadaan ratusan bahkan ribuan forum diskusi masyarakat Karo di berbagai media sosial dalam 10 tahun belakangan dapat dijadikan sebagai rujukan titik acuannya. Semenjak era mailing list (Milis) Yahoo Groups, hingga era Facebook, berbagai group diskusi Karo telah bermunculan didalamnya. Hal ini telah menjadi suatu bukti, bahwa warga Karo memang benar sebagai masyarakat introvert yang dapat memanfaatkan dengan baik berbagai media sosial tersebut untuk membangun hubungan dan sosialisasinya.

Sekarang tibalah saatnya bagi masyarkat Karo untuk memperkuat solidaritas yang telah terbentuk melalui media sosial. Upaya memperkuat solidaritas antara warga masyarakat Karo yang mulai telah terbina melalui media sosial tersebut tentu akan menjadi dorongan setiap individu dalam membangun rasa senasib dan sepenanggungan. Hal ini tentu akan berujung kepada tindakan sukarela setiap individu yang berkontribusi positif untuk kembali mempersatukan kekuatan Karo yang telah tercerai-berai selama ini, sekaligus menjadikan masyarakat Karo kembali utuh menjadi masyarakat yang memiliki kekuatan politik dan kembali menjadi tuan dirumah sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar