Suatu masa dua kerajaan bertempur hebat dalam semangat saling menghabisi tanpa ampun. Perang berlangsung berhari-hari, bisa dibayangkan betapa ngerinya para simbisa dan pandikkar bertarung demi yang namanya kehormatan. Semua kisah ada akhirnya, demikian juga dengan perang ini. Akhirnya Kerajaan Kenjahe kalah, Kenjulu menang mutlak. Salah satu tanda kemenangan, putri raja Kenjahe si Beru Tarigan yang terkenal cerdas dan cantik dibawa sebagai tawanan perang.
Raja Kenjulu bukan main senangnya mendengar berita kemenangan pasukannya. Gembiranya dobel berlipat ganda ketika tahu pasukannya bawa oleh-oleh tawanan putri Raja Kenjahe. Selama ini hanya mendengar kabar berita, sekali ini akan bertatap muka, bahkan akan menjadi milikku, pikir sang raja merajut angan-angan sambil senyam senyum sendiri.
Pasukanpun tiba dengan gagah, walau compang camping dan bekas-bekas luka di seluruh tubuh. Rakyat bersorak, memainkan gendang dan berpesta. Si Beru Tarigan dimasukkan ke karantina, sementara seluruh kota berpesta pora berhari-hari. Seperti perang, pestapun akhirnya berakhir juga menyisakan sampah dan muntah, kehidupan normal harus berjalan lagi.
Lalu, sang Rajapun teringat kepada Beru Tarigan. Kebosanannya terhadap rutinitas langsung sirna. Dalam sekejap, 4 orang pengawal bergegas menuju karantina tawanan untuk menjemput sang putri. Tahu dirinya akan dibawa sebagai persembahan kepada raja, Beru Tarigan tidak kehabisan akal. Secepat kilat dia mengambil tanah berlumpur dan melumuri sekujur tubuh dan wajahnya dengan lumpur bau itu. Sungguh menjijikkan. Pengawal sembari menahan nafas menggiringnya ke rumah raja.
Raja meledak marah dan berteriak begitu melihat Beru Tarigan. Bersihkan dia, mandikan baru dibawa ke sini, teriak raja geram. Sepasukan pengawal membawa Beru Tarigan ke sungai. Menyuruhnya mandi dan mereka menunggui. Beru Tarigan mandi dengan semangat dan mulai memainkan air dengan berirama, kaki dan tangannya bekerjasama menciptakan musik yang indah. Suara air bergemericik, bertalu-talu lembut angin pun semilir.
Para pengawal mulai mengantuk dan satu persatu jatuh tertidur. Air masih berbunyi berirama, semakin lama semakin halus suaranya, karena Beru Tarigan berenang menjauh sambil terus memainkan air. Sampai kemudian dia semakin jauh dan melarikan diri. Itulah kisah di balik lagu Perkatimbung Beru Tarigan yang biasanya dimainkan dengan kulcapi ini.
Sumber: Sora Sirulo
Raja Kenjulu bukan main senangnya mendengar berita kemenangan pasukannya. Gembiranya dobel berlipat ganda ketika tahu pasukannya bawa oleh-oleh tawanan putri Raja Kenjahe. Selama ini hanya mendengar kabar berita, sekali ini akan bertatap muka, bahkan akan menjadi milikku, pikir sang raja merajut angan-angan sambil senyam senyum sendiri.
Pasukanpun tiba dengan gagah, walau compang camping dan bekas-bekas luka di seluruh tubuh. Rakyat bersorak, memainkan gendang dan berpesta. Si Beru Tarigan dimasukkan ke karantina, sementara seluruh kota berpesta pora berhari-hari. Seperti perang, pestapun akhirnya berakhir juga menyisakan sampah dan muntah, kehidupan normal harus berjalan lagi.
Lalu, sang Rajapun teringat kepada Beru Tarigan. Kebosanannya terhadap rutinitas langsung sirna. Dalam sekejap, 4 orang pengawal bergegas menuju karantina tawanan untuk menjemput sang putri. Tahu dirinya akan dibawa sebagai persembahan kepada raja, Beru Tarigan tidak kehabisan akal. Secepat kilat dia mengambil tanah berlumpur dan melumuri sekujur tubuh dan wajahnya dengan lumpur bau itu. Sungguh menjijikkan. Pengawal sembari menahan nafas menggiringnya ke rumah raja.
Raja meledak marah dan berteriak begitu melihat Beru Tarigan. Bersihkan dia, mandikan baru dibawa ke sini, teriak raja geram. Sepasukan pengawal membawa Beru Tarigan ke sungai. Menyuruhnya mandi dan mereka menunggui. Beru Tarigan mandi dengan semangat dan mulai memainkan air dengan berirama, kaki dan tangannya bekerjasama menciptakan musik yang indah. Suara air bergemericik, bertalu-talu lembut angin pun semilir.
Para pengawal mulai mengantuk dan satu persatu jatuh tertidur. Air masih berbunyi berirama, semakin lama semakin halus suaranya, karena Beru Tarigan berenang menjauh sambil terus memainkan air. Sampai kemudian dia semakin jauh dan melarikan diri. Itulah kisah di balik lagu Perkatimbung Beru Tarigan yang biasanya dimainkan dengan kulcapi ini.
Sumber: Sora Sirulo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar