Oleh Muhammad TWH
Hari jadi kota Medan tanggal 1 Juli diketemukan oleh Panitia Penyusun Sejarah Kota Medan yang diketuai Prof. Mahadi,SH. Panitia ini bekerja berdasarkan ketetapan Walikota Medan Drs. Syurkani tanggal 28 Oktober 1971, no. 618. Setelah bekerja hampir dua tahun, 10 Januari 1973 DPRD Kota Medan mengadakan sidang pleno dan menerima kesimpulan panitia bahwa hari jadi kota Medan tanggal 1 Juli 1590.
Dalam kaitan ini Dr. Phil. Ichwan Azhari Kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial Universitas Medan (Unimed) dalam suatu wawancara dengan harian Waspada 01 Juli 2009, mengemukakan sebagai berikut “Hari jadi Kota Medan keliru” alasan beliau karena ditetapkan berdasarkan pertimbangan tertentu, sama sekali tidak berdasarkan pertimbangan historis. Penetapan hari jadi kota Medan berdasarkan manuskrip Hamparan Perak yang meriwayatkan Guru Patimpus, tidak memiliki hubungan penetapan Medan menjadi kota.
Menelusuri hari jadi kota Medan
Hari jadi Medan 1 Juli telah selama 37 tahun. Betapa sibuk dan seriusnya panitia sejak ditetapkan tahun 1971 hingga hasil kerja dibahas dalam suatu siding pleno DPRD Medan 1973. Adapun susunan panitia adalah; Prof. Mahadi,SH (Ketua), Syahruddin Siwa,AM (Sekretaris) serta para anggota Letkol Nas Sebayang, Ny.Mariam Darus,SH, Tuanku Luckman Sinar,SH, M.Abduh, M.Solly Lubis,SH, Miharza,SH, Mohammad Said, Dada Meuraxa, Nasir Sutannaga.
Di antara panitia ini ada yang telah berpulang ke Rahmatullah dan ada yang masih berada di tengah-tengah kita. Panitia ini telah bekerja sedemikian rupa untuk menemukan Hari Jadi Kota Medan. Juga menggungkapkan berbagai peristiwa sejarah kota Medan mulai dari Kampung Medan hingga zaman penjajahan.
Juga diungkapkan mengenai Medan Perkumpulan yang terletak di belakang masjid lama Gang Bengkok. Di sanalah berkumpul sais sado dan penarik ongkong. Medan perkumpulan ini telah ada tahun 1886. Panitia juga melakukan penelitian terhadap kuburan di antaranya kuburan di jalan Semangka di pekarangan Masjid Sei Deli. Menurut Datuk Bueng salah satu kuburan terbesar adalah kuburan Datuk Muhammad Syah.
Berdasarkan tulisan John Anderson dalam bukunya “Mission to the Eastcoast Of Sumatera” (1823), waktu itu telah ada Kampung Medan dalam urut-urutan nama kampung disepanjang Sungai Deli, ketika itu Kampung Medan berpenduduk 200 jiwa.
Oleh Panitia Penyusun sejarah juga diungkapkan berdasarkan dokumen Hamparan Perak, disebut Guru Patimpus masuk Islam melalui ulama besar Kota Bangun. Menurut catatan anggota panitia Tuanku Luckman Sinar, ketika hendak dibuka kontrak pertama kebun tembakau 200 bahu oleh Nienhuys 08 April 1867, dekat Tanjung Sepasai (Titipan) ada kuburan keramat besar kota Bangun. Menurut ahli sejarah Mohammad Said, kuburan itu masih ada dan dapat dilihat sampai sekarang.
Dalam tahun 1922 di Perkebunan Tembakau Klumpang ditemukan sebuah kuburan. Pada batu nisan diketahui kuburan itu kuburan seorang guru agama Islam dari Aceh bernama Imam Siddik bin Abdullah yang meninggal 23 Syakban 998 H atau 20 Juni 1590. Guru Patimpus belajar agama Islam pada Imam Siddik bin Abdullah sebelum dia membuka kampung Medan yang terletak di tempat pertemuan Sungai Rabura dan Sungai Deli.
Panitia mengembangkan dalil-dalil di antaranya Medan sebagai tempat dan perkampungan telah ada sejak 1643. Juga menyelami lebih jauh kapan kira-kira Guru Patimpus seorang guru yang telah mempelajari dasar ilmu tradisi Karo. Sepanjang tidak ada atau belum diketemukan suatu fakta yang baru, maka panitia berkeyakinan bahwa didirikan Kampung Medan oleh Guru Patimpus tanggal “Nggara 10, Paka 5, (paka bulung-bulung la terpan) jam 09.00 pagi. Berdasarkan tradisi dan keyakinan guru-guru Karo Guru Patimpus telah “kentaki” Perkampungan Medan dibuka tanggal 1 Juli 1590 jam 9.00 pagi.
Negoijraad 12 April 1918
Menyimak arah pendapat Dr. Phl. Ichwan Azhari dan Erond L. Damanik M.Si, dari Unimed itu peringatan hari jadi kota Medan tanggal 1 April 1909 Medan Tempo Doeloe. Setelah Kota Medan dijadikan Gemeente oleh Belanda. Dalam hal ini nampaknya oleh Panitia Penyusun Sejarah Kota Medan tanggal tersebut dilewati, mungkin panitia mempunyai pertimbangan lain.
Dalam kaitan ini Tuanku Luckman Sinar,SH dalam satu bukunya “Medan Tempo Doeloe” pernah mengemukakan sebagai berikut : Mula-mula sekali Medan diatur melalui satu lembaga yang diberi nama : “Commissie tot Beheer van het Gemeente Fond (Komisi untuk mengurus dana Gemeente) yang lebih dikenal dengan nama “Negoijraad’, tetapi masih dicampuri oleh Residen Sumatera Timur/Asisten Residen Deli dan Kontrolir Deli. Waktu itu Medan belum mempunyai Walikota. Baru ada Walikota Medan pertama tanggal 21 April 1918 beranam D.Baron Mackey (21 April 1918-25 April 1931). Walikota Medan berikutnya adalah Mr. J.M.Wisselink, Mr G.Pitlo, dan Mr.F.F. Kunze sampai Maret 1942.
Kesimpulan
Kami menghargai pendapat Bapak Ichwan Azhari dan Bapak Damanik, yang pendapat itu juga dapat diartikan sebagai koreksi. Kami juga menghormati kesimpulan panitia Penyusun Sejarah Kota Medan yang hasil rumusannya Hari Jadi Kota Medan 1 Juli 1590 telah disahkan oleh sidang pleno DPRD Medan tanggal 10 Januari 1973. Begitupun DPRD Medan waktu itu masih memberi kesempatan kepada panitia untuk memperpanjang masa kerjanya guna menambah penyelidikan yang lebih dalam.
Dari hasil 1 Juli 1590. Memang wajar hari jadi kota Medan ditetapkan, bila satu kota itu telah menjadi Gemeente (Kotapraja) dan telah punya walikota. Barulah tanggal 21 April 1918 Kota Medan dipimpin oleh seorang Walikota bernama D.Baron Mackey.
Kalau tanggal tersebut di atas dilewatkan oleh panitia, menurut dugaan kami panitia ingin menggali lebih dalam sejarah Kota Medan, di samping untuk menemukan hari jadi kota Medan. Seperti diketahui Medan mempunyai lintasan sejarah yang cukup panjang. Sejarah itu perlu dilestarikan dan diwarisi dari generasi ke generasi. Panitia telah bekerja menggali sejarah mulai diketamukan orang pertama yang membuka Kampung Medan hingga ditetapkan 1 Juli 159 sebagai Hari Jadi Kota Medan yang kini telah berusia 420 tahun. Dirgahayu Kota Medan.(Penulis adalah wartawan senior pemerhati sejarah)
Sumber: Harian Waspada