|
Menari atau Landek pada Suku Karo |
Gendang patam-patam merupakan sebuah istilah musikal dalam kebudayaan musik Karo. Selain pada kebudayaan musik Karo, istilah 'patam-patam' ini juga dapat ditemukan dalam kebudayaan musik Melayu.
Pada masyarakat Karo, patam-patam merupakan judul sebuah komposisi instrumental musik tradisional. Komposisi yang dimaksud tersebut adalah melodi dan juga ritem yang dihasilkan dari permainan gendang lima sendalanen.
Pada masyarakat Karo Jahe, gendang patam-patam awalnya digunakan untuk upacara penyembuhan, baik secara fisik mapun psikis oleh guru perdewel-dewel (dukun). Gendang patam-patam dalam konteks kebudayaan musik Karo Jahe, selalu disajikan dengan ensambel gendang binge.
Pada masyarakat Karo Jahe terdapat beberapa nama dari gendang patam-patam, yaitu patam cemet, patam-patam rambung mbungkar, patam-patam bunga ncole, patam-patam gendang sikat, patam-patam anak munte, patam-patam pudi terang, patam-patam ate malem ate, patam-patam sereng, patam-patam pak-pak, patam-patam kabang kiung, patam-patam limbey, dan patam-patam simpang empat.
Penamaan dari gendang patam-patam ini sendiri berasal dari guru perdewel-dewel (dukun) yang datang dari daerah berbeda dan hal inilah yang menyebabkan terdapat beberapa nama yang berbeda dari komposisi gendang patam-patam.
Beberapa dari komposisi gendang patam-patam yang berasal dari Karo Jahe ini kemudian menyebar ke dalam kebudayaan musik Karo Gugung, seperti patam-patam bunga ncole, patam-patam sereng, patam-patam cemet, patam-patam rambung mbungkur, patam-patam kabang kiung, dan patam-patam pudi terang.
Pada perkembangannya gendang patam-patam yang berbeda dalam kebudayaan Karo Gugung hanya sedikit yang masih sering disajikan dan salah satunya adalah gendang patam-patam bunga ncole.
Berbeda dari Karo Jahe, pada masyarakat Karo Gugung komposisi gendang patam-patam disajikan sebagai hiburan. Gendang patam-patam ini berawal dan berkembang dalam gendang guro-guro aron, sebagai salah satu komposisi dalam mengiringi aron menari.
Gendang patam-patam yang berkembang di Karo Gugung pada awalnya dimainkan dengan ensambel gendang lima sendalanen. Namun setelah instrumen keyboard masuk ke dalam kebudayaan musik Karo, yakni pada tahun 1991 instrumen keyboard mulai digunakan oleh musisi Karo.
Beberapa seniman Karo mengasumsikan bahwa hadirnya instrumen keyboard dalam kebudayaan musik Karo diperkenalkan oleh Djasa Tarigan yang merupakan salah satu seniman dan musisi tradisional Karo yang cukup berpengaruh dalam perkembangan musik Karo, khususnya gendang kulcapi, gendang kibot, dan juga memprogram gendang patam-patam.
Awalnya instrumen keyboard yang digabungkan dengan gendang lima sendalanen digunakan untuk penambahan bunyi perkusi yang tersedia pada instrumen keyboard. Instrumen keyboard ini kemudian dikenal dengan istilah gendang keyboard (dibaca gendang kibod).
*Dikutip dari Skripsi Novalinda Tringani Ginting yang berjudul "Kontinuitas dan Perubahan Gendang Patam-patam dalam Musik Tradisional Karo"