Oleh: Edyye Ginting
Pada Suku Karo khususnya di beberapa daerah tertentu, antara merga Ginting Suka dengan Sembiring Busok (Bunga Rampe) dianggap bersaudara dan tidak diperbolehkan saling kawin mengawini antara satu dengan yang lain meski berbeda merga. Hal ini terjadi karena pada zaman dulu kedua nenek moyang merga ini dianggap mempunyai sumpah atau janji bahwa mereka bersaudara dan semua keturunannya tidak akan saling mengawini.
Kisah ini bermula dari dua orang pemuda dari satu desa yang sama, salah satu diataranya bermerga Ginting Suka dan satu lainnya Sembiring Busok. Pertemanan antara kedua pemuda ini terjalin sangat erat sejak mereka masih kecil. Kebetulan setelah beranjak dewasa, kedua pemuda tersebut juga punya kegemaran yang sama, sehingga hal ini membuat mereka selalu terlihat bersama-sama dalam keseharian.
Suatu hari kedua pemuda tersebut pergi kehutan untuk mencari rotan dan sekaligus berburu. Rotan yang mereka dapatkan nantinya dimaksudkan untuk dijual, sementara hasil berburu akan dijadikan sebagai keperluan pangan sebagai penambah gizi dari protein hewani.
Setelah berjalan cukup jauh dari desa mereka, tibalah kedua pemuda tersebut dihutan belantara. Meski sudah berusaha mencari hewan buruan, tapi tak seekor bintangpun yang mereka temukan dihutan tersebut. Namun didalam perjalanan tersebut mereka dapat menemukan rumpun rontan yang sangat banyak.
Ketika mereka berdua sedang asik mengambil rotan, tanpa diduga terperosoklah si Ginting Suka kesebuah jurang. Untungnya saat bersamaan Ginting masih sempat memegang rotan yang hendak diambilnya, sehingga dia tidak sampai terjatuh kedalam jurang yang cukup dalam tersebut. Seketika Sembiring Busok yang tidak jauh dari tempat tersebut langsung mencoba menolong sahabatnya dengan cara menariknya dari bibir jurang. Ginting Suka akhirnya berhasil selamat, lalu diapun berterima kasih kepada Sembiring Busok dan berkata "Terima Kasih banyak, aku akan selalu mengingat kebaikanmu".
Karena pada saat bersamaan, dimana kebetulan haripun menjelang gelap, merekapun akhirnya sepakat untuk bermalam dihutan tersebut dengan niat akan melanjutkan kegiatan mengambil rotan dan berburu esok harinya.
Dengan peralatan seadanya merekapun mulai membuat tempat tidur yang terbuat dari ranting dan dedaunan pohon dihutan itu. Setelah tempat tidur tersebut selesai mereka buat, tidurlah mereka berdua di tempat tersebut dengan keberadaan kaki berada dibagian luar, sebab tempat tidur yang mereka buat hanya berukuran kecil.
Hingga mereka tertidur pulas, datanglah seekor ular yang besar menghampiri tidur mereka dan secara perlahan ular tersebutpun menelan kaki Sembiring Busok hingga ke bagian pahanya. Ketika Sembiring terbangun, dia melihat bagian kakinya telah masuk kemulut ular tersebut.
Sambil menahan rasa sakit, Sembiring mencoba untuk membangunkan si Ginting, kemudian Ginting Suka terbangun dari tidurnya dan bertanya kepada sahabatnya apa gerangan yang telah terjadi. "Ada apa kau membangunkan aku?" tanya si Ginting kepada sahabatnya.
Sembiring kemudian menjawab "Kita harus bersumpah, kita tidak akan meninggalkan diantara kita yang tengah mendapatkan masalah, kita harus saling membantu apapun yang terjadi, dan kita juga bersumpah bahwa kita jadi senina sampai keturunan kita kelak" ujar Sembiring.
Dengan rasa kesetiakawanan dan persaudaraan Ginting dan Sembiring pun bersumpah, sesaat setelah sumpah tersebut selesai mereka ucapkan, tetapi si Ginting sendiri belum mengetahui bahwa bagian kaki Sembiring ternyata telah ditelan oleh seekor ular.
Beberapa saat kemudian Sembiring kemudian memberitahukan kepada Ginting bahwa kakinya telah ditelan ular. Ginting langsung terkejut. Dengan pencahayaan seadanya Ginting mencoba melihat ular tersebut. Dengan rasa tukut Ginting mencoba memberanikan dirinya untuk membunuh ular itu agar sahabatnya si Sembiring dapat selamat.
Tanpa pikir panjang Ginting langsung menusuk leher ular tersebut hingga terbelah menjadi dua. Kemudian ular itupun mati dan Ginting langsung berinisiatif untuk membelah mulut ular itu agar kaki Sembiring dapat dikeluarkan dari sana. Bagian mulut ular akhirnya terbelah, dan kaki Sembiring akhirnya dapat dikeluarkan dari sana.
Kisah ini bermula dari dua orang pemuda dari satu desa yang sama, salah satu diataranya bermerga Ginting Suka dan satu lainnya Sembiring Busok. Pertemanan antara kedua pemuda ini terjalin sangat erat sejak mereka masih kecil. Kebetulan setelah beranjak dewasa, kedua pemuda tersebut juga punya kegemaran yang sama, sehingga hal ini membuat mereka selalu terlihat bersama-sama dalam keseharian.
Suatu hari kedua pemuda tersebut pergi kehutan untuk mencari rotan dan sekaligus berburu. Rotan yang mereka dapatkan nantinya dimaksudkan untuk dijual, sementara hasil berburu akan dijadikan sebagai keperluan pangan sebagai penambah gizi dari protein hewani.
Setelah berjalan cukup jauh dari desa mereka, tibalah kedua pemuda tersebut dihutan belantara. Meski sudah berusaha mencari hewan buruan, tapi tak seekor bintangpun yang mereka temukan dihutan tersebut. Namun didalam perjalanan tersebut mereka dapat menemukan rumpun rontan yang sangat banyak.
Ketika mereka berdua sedang asik mengambil rotan, tanpa diduga terperosoklah si Ginting Suka kesebuah jurang. Untungnya saat bersamaan Ginting masih sempat memegang rotan yang hendak diambilnya, sehingga dia tidak sampai terjatuh kedalam jurang yang cukup dalam tersebut. Seketika Sembiring Busok yang tidak jauh dari tempat tersebut langsung mencoba menolong sahabatnya dengan cara menariknya dari bibir jurang. Ginting Suka akhirnya berhasil selamat, lalu diapun berterima kasih kepada Sembiring Busok dan berkata "Terima Kasih banyak, aku akan selalu mengingat kebaikanmu".
Karena pada saat bersamaan, dimana kebetulan haripun menjelang gelap, merekapun akhirnya sepakat untuk bermalam dihutan tersebut dengan niat akan melanjutkan kegiatan mengambil rotan dan berburu esok harinya.
Dengan peralatan seadanya merekapun mulai membuat tempat tidur yang terbuat dari ranting dan dedaunan pohon dihutan itu. Setelah tempat tidur tersebut selesai mereka buat, tidurlah mereka berdua di tempat tersebut dengan keberadaan kaki berada dibagian luar, sebab tempat tidur yang mereka buat hanya berukuran kecil.
Hingga mereka tertidur pulas, datanglah seekor ular yang besar menghampiri tidur mereka dan secara perlahan ular tersebutpun menelan kaki Sembiring Busok hingga ke bagian pahanya. Ketika Sembiring terbangun, dia melihat bagian kakinya telah masuk kemulut ular tersebut.
Sambil menahan rasa sakit, Sembiring mencoba untuk membangunkan si Ginting, kemudian Ginting Suka terbangun dari tidurnya dan bertanya kepada sahabatnya apa gerangan yang telah terjadi. "Ada apa kau membangunkan aku?" tanya si Ginting kepada sahabatnya.
Sembiring kemudian menjawab "Kita harus bersumpah, kita tidak akan meninggalkan diantara kita yang tengah mendapatkan masalah, kita harus saling membantu apapun yang terjadi, dan kita juga bersumpah bahwa kita jadi senina sampai keturunan kita kelak" ujar Sembiring.
Dengan rasa kesetiakawanan dan persaudaraan Ginting dan Sembiring pun bersumpah, sesaat setelah sumpah tersebut selesai mereka ucapkan, tetapi si Ginting sendiri belum mengetahui bahwa bagian kaki Sembiring ternyata telah ditelan oleh seekor ular.
Beberapa saat kemudian Sembiring kemudian memberitahukan kepada Ginting bahwa kakinya telah ditelan ular. Ginting langsung terkejut. Dengan pencahayaan seadanya Ginting mencoba melihat ular tersebut. Dengan rasa tukut Ginting mencoba memberanikan dirinya untuk membunuh ular itu agar sahabatnya si Sembiring dapat selamat.
Tanpa pikir panjang Ginting langsung menusuk leher ular tersebut hingga terbelah menjadi dua. Kemudian ular itupun mati dan Ginting langsung berinisiatif untuk membelah mulut ular itu agar kaki Sembiring dapat dikeluarkan dari sana. Bagian mulut ular akhirnya terbelah, dan kaki Sembiring akhirnya dapat dikeluarkan dari sana.
Melihat luka Sembiring yang sangat parah dimana keberadaan mereka juga berada di tengah malan dan keberadaan hutan yang jauh dari kampung, sehingga sulit untuk mendapatkan pertolongan. Tanpa berpikir panjang, Ginting kemudian menggendong Sembiring untuk segera dibawa ke kampung mereka agar segera mendapatkan pertolongan.
Dengan susah payah, Ginting menggendong Sembiring dengan meninggalkan barang-barang mereka di tempat tersebut. Ginting terus berlari walau terasa sangat berat dan hal ini dilakukannya agar Sembiring dapat terselamatkan. Akhirnya sampailah mereka di desa. Sembiring akhirnya mendapatkan pertolongan dan kemudian dapat selamat dari maut.
Demikianlah cerita singkat tentang kisah persaudaraan antara Ginting Suka dengan Sembiring Busok. Melalui beberapa testimoni, maka disebutkan pernah juga terjadi kejadian aneh ketika Ginting Suka dan Sembiring Busok menikah. Ketika kedua merga ini saling mengawini, maka dari perkawinan tersebut akan terlahir keturunan sepertihalnya perkawinan sedarah, dimana keturunan yang dilahirkan kebanyakan terlahir tidak sempurna dan akan memiliki cacat fisik.
Sumber: Jamburta Merga Silima
Tidak ada komentar:
Posting Komentar